Korupsi jelas merupakan sebuah kejahatan yang sangat merugikan. Bila
kita tengok, kerugian yang ditimbulkan oleh korupsi tidak hanya
hilangnya uang negara, tetapi juga dalam jangka panjang bisa meruntuhkan
kepercayaan masyarakat kepada negara.
Nur Kholis dalam artikelnya mengemukakan dampak korupsi seperti berikut ini:
Korupsi berakibat sangat berbahaya begi kehidupan manusia, baik aspek kehidupan sosial, politik, birokrasi, ekonomi, dan individu. Bahaya korupsi bagi kehidupan diibaratkan bahwa korupsi adalah seperti kanker dalam darah, sehingga si empunya badan harus selalu melakukan “cuci darah” terus menerus jika ia menginginkan dapat hidup terus.
Oleh karena itulah perlunya perang terhadap korupsi. Perang terhadap
korupsi ini harus terus dilakukan di mana saja, termasuk di internet
melalui media sosial. Perang terhadap korupsi di media sosial dapat
dilakukan dengan melakukan kampenya antikorupsi. Kampanye tersebut bisa
berupa ajakan dan himbuan untuk menjauhi korupsi dan bisa juga
memaparkan fakta-fakta tentang korupsi serta merangkum kegiatan
antikorupsi di seluruh daerah di Indonesia.
Salah satu negara yang cukup kuat dalam melakukan kampanye antikorupsi di media sosial adalah India. Sebuah organisasi antikorupsi di India dengan nama indiaagainstcorruption.org
menggunakan media sosial untuk melancarkan kampanye anti korupsi
mereka. Organisasi ini tahu betul kemampuan media sosial dalam
mengumpulkan banyak orang dalam seketika dan menyebarkan ide serta
gerakan mereka. Mereka memanfaatkan Facebook dengan membuat page India Against Corruption. Di Twitter gerakan ini membuat akun di @janlokpal dan memiliki follower sebanyak 224.315 follower. Akun @janlokpal sendiri dipimpin oleh Anne Hazare, seorang ativis anti korupsi India.
Pertanyaannya,
mengapa aktivis anti korupsi di India menggunakan media sosial sebagai
sarana mengkampanyekan gerakan anti korupsi? Tidak lain karena media
sosial bisa memfasilitasi mereka yang ingin mengungkapkan kekecewaan
mereka terhadap kebijakan pemerintah karena media sosial mampu
menciptakan rasa percaya atau membangun trust. Hal ini dibuktikan dengan alasan sebagai berikut.
1. Social media menghilangkan batasan
Terdapat
banyak batasan bagi orang-orang yang satu visi untuk saling bertemu face
to face, mungkin jarak, mungkin waktu dan mungkin juga kondisi ekonomi.
Hal-hal ini dihilangkan secara signifikan oleh social media. Teman
Facebook anda yang berada di Amerika dapat mengomentari langsung status
yang anda buat. Follower anda yang ada di sudut kota Tripoli, Libya
dapat langsung me-retweet kicauan yang anda buat. Makin lama anda
berinteraksi dengan teman dan follower anda, dengan memberikan informasi
yang selalu bermanfaat, teman dan follower anda akan memberikan
kepercayaannya kepada anda.
2. Mendorong Interaksi
Social media
mendorong interaksi. Setelah mereka bertemu di social media kemudian
mereka merencanakan pertemuan, berdemonstrasi dan berbagai kegiatan
lainnya. Pertemuan di social media juga sangat mudah, banyak orang
bergabung di social media seperti Facebook dan Twitter karena
teman-teman mereka sebelumnya sudah bergabung. Demikian juga, jika
seorang teman mengikuti sesuatu di Facebook contohnya, teman yang lain
akan ikut serta. Hal ini mendorong interaksi pengguna social media
menjadi beragam dan kuat.
3. Membangun Hubungan
Hubungan
dengan berbagai kalangan tidak terjadi dengan mudah. Namun dengan social
media seperti Facebook dan Twitter anda bisa berhubungan dengan siapa
saja termasuk dengan Barack Obama. Walapun hubungan tersebut lebih
kepada hubungan virtual, namun pada kondisi tertentu hubungan-hubungan
tersebut terjadi di dunia nyata bila anda bersedia bertemu teman virtual
anda di dunia nyata.
Alasan di
atas mendorong organisasi anti korupsi di India tersebut untuk bergerak
di social media. Mereka percaya nanti setelah ikut social media mereka
akan memiliki hubungan dengan banyak orang, bisa mengajak mereka kepada
gerakan anti korupsi dan sebagainya.
Kasus di Indonesia
Bila di
India sepertinya gerakan memerangi praktik korupsi mendapat berkah
dengan adanya media sosial, bagaimana dengan gerakan anti korupsi di
Indonesia?
Sepanjang
pengamatan ketika dicari di Twitter dan Facebook, tidak ditemukan
sebuah akun atau page yang bisa diandalkan untuk melakukan kampanye
antikorupsi di Indonesia. Di Twitter tidak ditemukan akun yang bisa
dikategorikan sebuah gerakan untuk memerangi korupsi di Indonesia yang
berdiri secara independen dan bukan buatan pemerintah atau suatu
organisasi NGO. Melihat sangat tingginya tingkat korupsi aparatur negara
di Indonesia, ketiadaan satu gerakan yang kuat dan independen dalam
memerangi korupsi yang aktif di media sosial menyebarkan ide dan gerakan
mereka merupakan sesuatu yang sangat disayangkan.
Bila kita
teliti lebih jauh, sebenarnya kesempatan gerakan memerangi korupsi untuk
menjadi berpengaruh dan diperhitungkan di social media di Indonesia
sangat besar. Hal ini karena Indonesia merupakan negara keempat
terbanyak dalam jumlah pengguna Facebook dan negara kelima terbanyak
dalam pengguna Twitter. Trending topic Twitter sering sekali berasal
dari Indonesia. Namun kenyataannya hampir tidak ada satu gerakan yang
kuat dan mampu memanfaatkan social media dengan baik untuk melancarkan
gerakan anti korupsi di Indonesia.
Bila kita
lihat lebih mendalam kepada perilaku mereka yang menggunakan media
sosial terutama Facebook dan Twitter harus kita akui di Indonesia
gerakan seperti yang terjadi di India tersebut masih sebatas wacana dan
sulit terealisasi. Banyak gerakan di Facebook yang menyatakan
ketidaksetujuan kebijakan atau penentangan terhadap pemerintah, namun
sekali lagi itu hanya sebatas wacana tanpa gerakan nyata yang berarti.
Ketika akan bergerak, bahkan masih dalam batas wacana sudah banyak
perbedaan yang menjurus kepada soal-soal pribadi sehingga sulit sekali
untuk bergerak ke tahap selanjutnya.
Oleh karena tentu perlu sebuah tindakan massal dari mereka yang peduli dengan gerakan antikorupsi untuk membentuk sebuah kampanye terorganisasi di media sosial. Saya kira jika diorganisasi dengan baik, gerakan antikorupsi melalui media sosial ini memiliki prospek yang cerah.
Oleh karena tentu perlu sebuah tindakan massal dari mereka yang peduli dengan gerakan antikorupsi untuk membentuk sebuah kampanye terorganisasi di media sosial. Saya kira jika diorganisasi dengan baik, gerakan antikorupsi melalui media sosial ini memiliki prospek yang cerah.
Kita tahu
sekali memerangi korupsi dan perilaku korup aparatur negara bukanlah
pekerjaan mudah. Oleh karena itu diperlukan juga sebuah gerakan yang
mampu memerangi yang juga tidak mudah dibubarkan. Social media melalui
Facebook, Twitter, dan YouTube bisa menciptakan gerakan tersebut. Tentu
saja perilaku pengguna social media di Indonesia setidaknya sedikit
harus berubah dari hanya mencari kesenangan atau iseng atau hanya main
game poker kepada sesuatu yang nyata, bersatu di dalam gerakan anti
korupsi. Baru kemudian social media bisa memberikan manfaatnya terhadap
gerakan antikorupsi di Indonesia.
Sumber : http://sociogeeks.blogspot.com/